Minggu, 26 Desember 2010

apa itu HMI

Menepis Stereotype dan Menjelaskan Apa itu HMI?
Waktu : 10.15 s.d. 12.15
Metode : Diskusi Kelompok, ceramah, dan dialog
Target : - Menginventarisir stereotype ttg HMI dan cara mengatasinya.
- Menguasai teknik menjelaskan HMI secara singkat, padat dan
menarik (mengundang penasaran).
Substansi Materi :
Stereotype atau secara sederhana dapat diartikan citra/kesan negatif yang cederung berlebihan dan relatif permanen, dapat terbangun karena “penampakan” dari (pihak/seseorang/organisasi) bersangkutan dan oleh karena kampanye negatif yang dibangun oleh pihak lain yang berkepentingan merusak. Oleh karena itu, cara mengatasinya juga harus bermula dari inventarisasi stereotype yang terbangun, mendiagnosa kondisi internal, dan mencari siapa dan bagaimana pihak eksternal melakukan kampanye negatif.

Penyikapan terhadap stereotype tidaklah elok dilakukan secara reaktif dan emosional. Karena ranah stereotype sudah menyentuh aspek psikologis, yang batas-batasnya halus dan sensitif, sehingga penyikapannya harus secara hati-hati. Penyikapan yang keliru malah akan berdampak kontraproduktif. Oleh karena itu, penting sekali dipahami adanya beberapa prinsip komunikasi sebelum menentukan langkah yang paling efektif mengatasi strereotype tersebut. Prinsip-prinsip tersebut adalah;
 Bahasa perbuatan dan bahasa tubuh lebih kuat dari sekedar bahasa lisan.
 Meski bukan substansi dan segalanya, yang pertama dilihat oleh orang lain adalah penampilan kita.
 Kesan pertama sangat penting dan fungsional, bahkan terkadang lebih menentukan pola interaksi berikutnya.
 Segala sesuatu yang akan kita sampaikan harus tergambar dengan jelas dipikiran kita. Hanya dengan begitu, penyampaian pesan dapat dilakukan dengan baik.
 Segala sesuatu yang kita sampaikan pada prinsipnya selalu bisa diterima apabila konteks dan cara penyampaian serta media komunikasi yang digunakan sesuai/relevan.
 Memberilah terlebih dahulu, baru anda berpikir menerima.
 Sampaikanlah pesan secara simpatik, ekspresif, dewasa, dan cerdas.

Menjelaskan Apa Itu HMI?
Ketika anda ditanya ‘HMI itu apaan sih? Jawaban anda sangat menentukan ketertarikan penanya terhadap HMI. Oleh karena itu perlu dipilih dan diperhatikan kata-kata yang anda gunakan sehingga membentuk kalimat jawaban yang padat informasi, singkat, dan mengundang minat/rasa penasaran penanya. Beberapa contoh berikut ini mungkin dapat digunakan:
“HMI merupakan organisasi kemahasiswaan tertua dan terbesar di Indonesia yg telah sukses melahirkan tokoh-tokoh nasional dan daerah yang memiliki komitmen keislaman dan keindonesiaan sekaligus.”

“HMI merupakan organisasi kemahasiswaan tertua dan terbesar di Indonesia yang unik. Dia lahir hanya berselang 18 bulan dari Indonesia merdeka, sehingga mewarisi semangat nasionalisme dan keagamaan yang harmonis, khas pendiri bangsa ini.”

“HMI merupakan organisasi kemahasiswaan terbesar dan tertua di Indonesia yang menyediakan ruang bagi setiap mahasiswa untuk tumbuh dan berkembang secara wajar dalam visi nasionalisme dan keislaman secara seimbang.”
Manajemen Rekrutmen Kader HMI di Kampus
Waktu : 13.00 15.00
Metode : Ceramah, dialog, & mengisi kertas kerja (pembentukan tim kerja)
Target : - Menguasai manajemen rekrutmen kader di kampus
- Menguasai teknik membangun tim kerja dalam rangka
rekrutmen kader HMI di kampus.
Substansi Materi :
Manajemen rekrutmen kader HMI di kampus pada dasarnya adalah mengelola tim kerja agar dapat menggerakkan floating mass (mahasiswa/massa mengambang) agar menjadi simpatisan dan kemudian memutuskan menjadi anggota dan kader HMI. Secara bagan digambarkan sebagai berikut;



Dengan demikian target akhir dari manajemen rekrutmen adalah terbentuknya kader, maka mahasiswa floating mass yang direkrut harus memenuhi kualifikasi tertentu. Hal ini terkait dengan definisi kader itu sendiri yang menurut AS Hornby disebutkan bahwa ‘cadres is small group of peoples who are chosen and trained for special purpose. Kata kunci dari definisi tersebut adalah ‘small group’, ‘chosen’, ‘trained’ dan ‘for special purpose’. Dalam konteks rekrutmen yang harus diperhatikan adalah ‘small group’ yang berarti proses rektutmen tidak berorientasi pada sebanyak-banyaknya calon yang bisa direkrut, melainkan cukup sedikit saja. Asalkan dia merupakan mahasiswa yang terpilih (chosen), yang nantinya akan kita latih (trained) sebagai kekuatan yang diabdikan untuk mencapai tujuan tertentu (for special purpose).

Pedoman perkaderan HMI membagi proses perkaderan di HMI dalam tiga proses besar, yakni rekrutmen kader, pembentukan kader, dan pengabdian kader. Ketiganya merupakan proses yang saling terkait dan merupakan satu kesatuan. Dalam kerangka sistem, pembagian tersebut mengacu kepada input, proses, dan output. Rekrutmen kader merupakan bagian input yang mempengaruhi kualitas proses dan output. Oleh karena itu, fase rekrutmen harus dilaksanakan melalui mekanisme yang jelas dan terukur serta dijalankan dengan penuh dedikasi.

Manajemen rekrutmen dilaksanakan dengan panduan umum sebagai berikut;
 Secara struktural dilaksanakan sebagai kolaborasi bidang Pembinaan Anggota dan bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan, dan Pemuda.
 Secara teknis dikerjakan dan menjadi tanggungjawab mahasiswa yang angkatan kuliahnya 2 tahun di atas angkatan mahasiswa baru. Contoh, bila mahasiswa baru angkatan 2007, maka rekrutmen menjadi tanggungjawab dan dikerjakan oleh angkatan 2005.
 Tim kerja rekrutmen terdiri dari tim kerja yang bersifat terbuka dan tim kerja yang bersifat tertutup. Tim kerja yang bersifat terbuka merupakan fungsionaris kader HMI di organ intra kampus yang memanfaatkan keberadaan mereka di organ tersebut untuk menciptakan situasi yang kondusif bagi rekrutmen kader. Tim kerja bersifat tertutup merupakan tim kerja yang dibentuk oleh struktur HMI dan bekerja secara underground.
 Tim kerja rekrutmen minimal terdiri dari Tim identifikasi indentitas dan sebaran target (mahasiswa baru), Tim pembangun wacana dan counter stereotipe, dan Tim eksekutor.
 Tim kerja harus terbentuk dan telah menyusun rencana kerjanya sebelum mahasiswa baru masuk.
Pola-Pola Pendekatan Terhadap Mahasiswa Baru
Waktu : 15.30 17.30
Metode : Ceramah, dialog, dan simulasi
Target : Menguasai teknik/pola pendekatan terhadap mahasiswa baru.
Substansi Materi :
Sebagai target, mahasiswa baru harus dikenali dan didekati. Agar efektif, maka dibutuhkan pola-pola tertentu agar kita dapat dekat dan memperoleh simpati mereka. Penting dipahami bahwa mahasiswa baru haus akan informasi, arahan, dan teladan agar mereka sukses menjadi mahasiswa. Mahasiswa baru pastinya mencari bentuk dunia kemahasiswaan yang ideal dan yang bisa dia jalani dengan nyaman serta efektif menghantarkannya sebagai mahasiswa dan individu yang berhasil di kemudian hari. Apalagi mahasiswa baru yang berasal dari luar kota, bahkan luar propinsi, kebutuhan mereka akan informasi dan fighting spirit-nya –pada umumnya-- jauh lebih tinggi dari mahasiswa yang berasal dari kota tempat perguruan tinggi tersebut. Psikologi mahasiswa baru yang rata-rata respek terhadap seniornya juga suatu kondisi positif yang dapat dimanfaatkan.

Yang terpenting dalam pola pendekatan terhadap mahasiswa baru adalah pola interaksi yang anda gunakan semata hubungan senior-junior yang tidak memunculkan interest pribadi. Anda akan berhasil membangun simpati apabila mampu menunjukkan bahwa kepedulian dan perhatian anda adalah tulus dan menghendaki mereka menjadi orang yang baik dan berhasil. Bentuk perhatian dan kepedulian yang dibalut interest pribadi bukan saja tidak akan efektif melainkan dapat merusak sistem rekrutmen secara keseluruhan.

Pola-pola pendekatan terhadap mahasiswa baru dapat dilakukan melalui beberapa macam, seperti:
 Pola struktural. Pola ini memanfaatan peran dan fungsi kader HMI yang duduk di organisasi intra kampus. Dengan kedudukan, kewenangan, dan wibawa yang dimilikinya, kader di intra kampus dapat meng-counter wacana negatif tentang HMI, membangun kesan positif, menarik simpati, dan bahkan merekrut langsung calon anggota.
 Pola kultural. Ada dua titik ekstrim budaya kampus, yakni budaya akademis dan budaya hedonis. Dengan memunculkan figur-figur yang menarik diantara dua gelombang budaya tersebut, simpati dari mahasiswa baru dapat diraih dan selanjutnya lebih mudah diarahkan untuk menjadi anggota HMI.
 Pola komunal. Di tiap kampus pastinya tiap mahasiswa baru terdiri dari sejumlah gerombolan atau kelompok bermain. Masing-masing memiliki trendsetter-nya yang bisa terdiri dari satu atau beberapa orang. Dengan mengidentifikasi pola pengelompokan dan pendekatan terhadap figur-figur trendsetter di masing-masing kelompok, pendekatan ini dapat secara optimal bekerja.
 Pola personal. Dalam sepakbola pendekatan ini mirip man to man marking. Semacam personal touch terhadap individu-individu tertentu yang dinilai strategis untuk direkrut. Tentu saja pendekatan ini akan efektif bila dilakukan proses identifikasi yang cermat atas figur tersebut terlebih dahulu dan didekati oleh figur yang tepat juga.
Pola-pola pendekatan di atas tentu saja bekerja dengan prinsip kerja yang simpatik dan elegan serta mengikuti alur kerja kenal-dekat-ikat (KDI). Pola-pola pendekatan tersebut tidak akan bekerja dengan baik apabila alur kerja KDI ini tidak berjalan, karena alur kerja KDI merupakan alur kerja eksekutor sebagai ujung tombak rekrutmen.

ttg islam sbgai azas hmi

MEMORI PENJELASAN
TENTANG ISLAM SEBAGAI AZAS HMI

“Hari ini telah Kusempurnakan bagi kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu: (QS. Al-Maidah : 3).
“Dan mereka yang berjuang dijalan-Ku (kebenaran), maka pasti Aku tunjukkan jalannya (mencapai tujuan) sesungguhnya Tuhan itu cinta kepada orang-orang yang selalu berbuat (progresif) (QS. Al-Ankabut : 69).
Islam sebagai ajaran yang haq dan sempurna hadir di bumi diperuntukkan untuk mengatur pola hidup manusia agar sesuai fitrah kemanusiaannya yakni sebagai khalifah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata ke hadirat-Nya.
Iradat Allah Subhanu Wata’ala, kesempurnaan hidup terukur dari personality manusia yang integratif antara dimensi dunia dan ukhrawi, individu dan sosial, serta iman, ilmu dan amal yang semuanya mengarah terciptanya kemaslahatan hidup di dunia baik secara induvidual maupun kolektif.
Secara normatif Islam tidak sekedar agama ritual yang cenderung individual akan tetapi merupakan suatu tata nilai yang mempunyai komunitas dengan kesadaran kolektif yang memuat pemaham/kesadaran, kepentingan, struktur dan pola aksi bersama demi tujuan-tujuan politik. Substansi pada dimensi kemasyarakatan, agama memberikan spirit pada pembentukan moral dan etika. Islam yang menetapkan Tuhan dari segala tujuan menyiratkan perlunya peniru etika ke Tuhanan yang meliputi sikap rahmat (Pengasih), barr (Pemula), ghafur (Pemaaaf), rahim (Penyayang) dan (Ihsan) berbuat baik. Totalitas dari etika tersebut menjadi kerangka pembentukan manusia yang kafah (tidak boleh mendua) antara aspek ritual dengan aspek kemasyarakatan (politik, ekonomi dan sosial budaya).
Adanya kecenderungan bahwa peran kebangsaan Islam mengalami marginalisasi dan tidak mempunyai peran yang signifikan dalam mendesain bangsa merupakan implikasi dari proses yang ambigiutas dan distorsif. Fenomena ini ditandai dengan terjadinya mutual understanding antara Islam sebagai agama dan Pancasila sebagai ideologi. Penempatan posisi yang antagonis sering terjadi karena berbagai kepentingan politik penguasa dari politisi-politisi yang mengalami split personality.
Kelahiran HMI dari rahim pergolakan revolusi phisik bangsa pada tanggal 5 Februari 1974 didasari pada semangat mengimplementasikan nilai-nilai ke-Islaman dalam berbagai aspek ke Indonesian.
Semangat nilai yang menjadi embrio lahirnya komunitas Islam sebagai interest group (kelompok kepentingan) dan pressure group (kelompok penekanan). Dari sisi kepentingan sasaran yang hendak diwujudkan adalah terutangnya nilai-nilai tersebut secara normatif pada setiap level kemasyarakatan, sedangkan pada posisi penekan adalah keinginan sebagai pejuang Tuhan (sabilillah) dan pembelaan mustadh’afin.
Proses internalisasi dalam HMI yang sangat beragam dan suasana interaksi yang sangat plural menyebabkan timbulnya berbagai dinamika ke-Islaman dan ke-Indonesiaan dengan didasari rasionalisasi menurut subyek dan waktunya.
Pada tahun 1955 pola interaksi politik didominasi pertarungan ideologis antara nasionalis, komunis dan agama (Islam). Keperluan sejarah (historical necessity) memberikan spirit proses ideologisasi organisasi. Eksternalisasi yang muncul adalah kepercayaan diri organisasi untuk “bertarung” dengan komunitas lain yang mencapai titik kulminasinya pada tahun 1965.
Seiring dengan kreatifitas intelektual pada Kader HMI yang menjadi ujung tombak pembaharuan pemikiran Islam dan proses transformasi politik bangsa yang membutuhkan suatu perekat serta ditopang akan kesadaran sebuah tanggung jawab kebangsaan, maka pada Kongres ke-X HMI di Palembang, tanggal 10 Oktober 1971 terjadilah proses justifikasi Pancasila dalam mukadimah Anggaran Dasar.
Orientasi aktifitas HMI yang merupakan penjabaran dari tujuan organisasi menganjurkan terjadinya proses adaptasi pada jamannya. Keyakinan Pancasila sebagai keyakinan ideologi negara pada kenyataannya mengalami proses stagnasi. Hal ini memberikan tuntutan strategi baru bagi lahirnya metodologi aplikasi Pancasila. Normatisasi Pancasila dalam setiap kerangka dasar organisasi menjadi suatu keharusan agar mampu mensuport bagi setiap institusi kemasyarakatan dalam mengimplementasikan tata nilai Pancasila.
Konsekuensi yang dilakukan HMI adalah ditetapkannya Islam sebagai identitas yang mensubordinasi Pancasila sebagai azas pada Kongres XVI di Padang, Maret 1986.
Islam yang senantiasa memberikan energi perubahan mengharuskan para penganutnya untuk melakukan invonasi, internalisasi, eksternalisasi maupun obyektifikasi. Dan yang paling fundamental peningkatan gradasi umat diukur dari kualitas keimanan yang datang dari kesadaran paling dalam bukan dari pengaruh eksternal. Perubahan bagi HMI merupakan suatu keharusan, dengan semakin meningkatnya keyakinan akan Islam sebagai landasan teologis dalam berinteraksi secara vertikal maupun horizontal, maka pemilihan Islam sebagai azas merupakan pilihan dasar dan bukan implikasi dari sebuah dinamika kebangsaan.
Demi tercapainya idealisme ke-Islaman dan ke-Indonesiaan, maka HMI bertekad Islam dijadikan sebagai doktrin yang mengarahkan pada peradaban secara integralistik, trasedental, humanis dan inklusif. Dengan demikian kader-kader HMI harus berani menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta prinsip-prinsip demokrasi tanpa melihat perbedaan keyakinan dan mendorong terciptanya penghargaan Islam sebagai sumber kebenaran yang paling hakiki dan menyerahkan semua demi ridho-Nya.


TAFSIR TUJUAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

PENDAHULUAN

Tujuan yang jelas diperlukan untuk suatu organisasi, hingga setiap usaha yang dilakukan oleh ganisasi tersebut dapat dilaksanakan dengan teratur. Bahwa tujuan suatu organisasi dipengaruhi oleh suatu motivasi dasar pembentukan, status dan fungsinga dalam totalitas dimana ia berada. Dalam totalitas kehidupan bangsa Indonesia, maka HMI adalah organisasi yang menjadikan Islam sebagai sumber nilai. Motivasi dan inspirasi bahwa HMI berstatus sebagai organisasi mahasiswa, berfungsi sebagai organisasi kader dan yang berperan sebagai organisasi perjuangan serta bersifat independen.
Pemantapan fungsi kekaderan HMI ditambah dengan kenyataan bahwa bangsa Indonesia sangat kekurangan tenaga intelektual yang memiliki keseimbangan hidup yang terpadu antara pemenuhan tugas duniawi dan ukhrowi, iman dan ilmu, individu dan masyarakat, sehingga peranan kaum intelektual yang semakin besar dimasa mendatang merupakan kebutuhan yang paling mendasar.
Atas faktor tersebut, maka HMI menetapkan tujuannya sebagaimana dirumuskan dalam pasal 4. AD ART HMI yaitu :
“TERBINANYA INSAN AKADEMIS, PENCIPTA, PENGABDI YANG BERNAFASKAN ISLAM DAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS TERWUJUDNYA MASYARAKAT ADIL MAKMUR YANG DIRIDHOI ALLAH SWT”.
Dengan rumusan tersebut, maka pada hakekatnya HMI bukanlah organisasi massa dalam pengertian fisik dan kualitatif, sebaliknya HMI secara kualitatif merupakan lembaga pengabdian dan pengembangan ide, bakat dan potensi yang mendidik, memimpin dan membimbing anggota-anggotanya untuk mencapai tujuan dengan cara-cara perjuangan yang benar dan efektif.
II. MOTIVASI DASAR KELAHIRAN DAN TUJUAN ORGANISASI

Sesungghnya Allah SWT telah mewahyukan Islam sebagai agama yang Haq dan sempurna untuk mengatur umat manusia agar berkehidupan sesuai dengan fitrahnya sebagai Khalifatullah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadiratnya.
Kehidupan yang sesuai dengan fitrah manusia tersebut adalah kehidupan yang seimbang dan terpadu antara pemenuhan dan kalbu, iman dan ilmu, dalam mencapai kebaha giaan hidup di dunia dan ukhrowi. Atas keyakinan ini, maka HMI menjadikan Islam selain sebagai motivasi dasar kelahiran juga sebagai sumber nilai, motivasi dan inpirasi. Dengan demikian Islam bagi HMI merupakan pijakan dalam menetapkan tujuan dari usaha organisasi HMI.
Dasar Motivasi yang paling dalam bagi HMI adalah ajaran Islam. Karena Islam adalah ajaran fitrah, maka pada dasarnya tujuan dan mission Islam adalah juga merupakan tujuan daripada kehidupan manusia yang fitri, yaitu tunduk kepada fitrah kemanusiaannya.
Tujuan kehidupan manusia yang fitri adalah kehidupan yang menjamin adanya kesejahteraan jasmani dan rohani secara seimbang atau dengan kata lain kesejahteraan materiil dan kesejahteraan spirituil.
Kesejahteraan yang akan terwujud dengan adanya amal saleh (kerja kemanusiaan) yang dilandasi dan dibarengi dengan keimanan yang benar. Dalam amal kemanusiaan inilah manusia akan dapat kebahagian dan kehidupan yang sebaik-baiknya. Bentuk kehidupan yang ideal secara sederhana kita rumuskan dengan “kehidupan yang adil dan makmur”.
Untuk menciptakaan kehidupan yang demikian. Anggaran dasar menegaskan kesadaran mahasiswa Islam Indonesia untuk merealisasikan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Easa, Kemanusian Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah Dalam Kebijaksanaan/Perwakilan serta mewujudkan Keadilan Bagi Seluruh Indonesia dalam rangka mengabdikan diri kepada Allah SWT.
Perwujudan daripada pelaksanaan nilai-nilai tersebut adalah berupa amal saleh atau kerja kemanusiaan. Dan kerja kemanusiaan ini akan terlaksana secara benar dan sempurna apabila dibekali dan didasari oleh iman dan ilmu pengatahuan. Karena inilah hakekat tujuan HMI tidak lain adalah pembentukan manusia yang beriman dan berilmu serta mampu menunaikan tugas kerja kemanusiaan (amal saleh). Pengabdian dan bentuk amal saleh inilah pada hakekatnya tujuan hidup manusia, sebab dengan melalui kerja kemanusiaan, manusia mendapatkan kebahagiaan.

III. BASIC DEMAND BANGSA INDONESIA

Sesunguhnya kelahiran HMI dengan rumusan tujuan seperti pasal 4 Anggaran Dasar tersebut adalah dalam rangka menjawab dan memenuhi kebutuhan dasar (basic need) bangsa Indonesia setelah mendapat kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 guna memformulasikan dan merealisasikan cita-cita hidupnya. Untuk memahami kebutuhan dan tuntutan tersebut maka kita perlu melihat dan memahami keadaan masa lalu dan kini. Sejarah Indonesia dapat kita bagi dalam 3 (tiga) periode yaitu:

a) Periode (Masa) Penjajahan
Penjajahan pada dasarnya adalah perbudakaan. Sebagai bangsa terjajah sebenarnya bangsa Indonesia pada waktu itu telah kehilangan kemauan dan kemerdekaan sebagai hak asasinya. Idealisme dan tuntutan bangsa Indonesia pada waktu itu adalah kemerdekaan. Oleh karena itu timbullah pergerakan nasional dimana pimpinan-pimpinan yang dibutuhkan adalah mereka yang mampu menyadarkan hak-hak asasinya sebagai suatu bangsa.

b). Periode (Masa) Revolusi
Periode ini adalah masa merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa serta didoorong oleh keinginan yang luhur maka bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Dalam periode ini yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia adalah adanya persatuan solidaritas dalam bentuk mobilitas kekuatan fisik guna melawan dan menghancurkan penjajah. Untuk itu dibutuhkan adalah “solidarity making” diantara seluruh kekuatan nasional sehingga dibutuhkan adanya pimpinan nasional tipe solidarity maker.

c) Periode (Masa) Membangun
Setelah Indonesia merdeka dan kemerdekaan itu mantap berada ditangannya maka timbullah cita-cita dan idealisme sebagai manusia yang bebas dapat direalisir dan diwujudkan. Karena periode ini adalah periode pengisian kemerdekaan, yaitu guna menciptakan masyarakat atau kehidupan yang adil dan makmur. Maka mulailah pembangunan nasional. Untuk melaksanakan pembangunan, faktor yang sangat diperlukan adalah ilmu pengetahuan.
Pimpinan nasional yang dibutuhkan adalah negarawan yang “problem solver” yaitu tipe “administrator” disamping ilmu pengetahuan diperlukan pula adanya iman/akhlak sehingga mereka mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan (amal saleh). Manusia yang demikian mempunyai garansi yang obyektif untuk menghantarkan bangsa Indonesia ke dalam suatu kehidupan yang sejahtera adil dan makmur serta kebahagiaan. Secara keseluruhan basic demand bangsa Indonesia adalah terwujudnya bangsa yang merdeka, bersatu dan berdaulat, menghargai HAM, serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dengan tegas tertulis dalam Pembukaan UUD 1945 dalam alinea kedua.
Tujuan 1 dan 2 secara formal telah kita capai tetapi tujuan ke-3 sekarang sedang kita perjuangkan. Suatu masyarakat atau kehidupan yang adil dan makmur hanya akan ter bina dan terwujud dalam suatu pembaharuan dan pembangunan terus menerus yang dilakukan oleh manusia-manusia yang beriman, berilmu pengetahuan dan berkepribadian, dengan mengembangkan nilai-nilai kepribadian bangsa.

IV. KUALITAS INSAN CITA HMI

Kualitas insan cita HMI adalah merupakan dunia cita yang terwujud oleh HMI di dalam pribadi seorang manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. Kualitas tersebut sebagaimana dalam pasal tujuan (pasal 5 AD HMI) adalah sebagai berikut :
1. Kualitas Insan Akademis
1 Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional, obyektif, dan kritis.
2 Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang diketahui dan dirahasiakan. Dia selalu berlaku dan menghadapi suasana sekelilingnya dengan kesadaran.
3 Sanggup berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan sesuai dengan ilmu pilihannya, baik secara teoritis maupun tekhnis dan sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara bertahap, teratur, mengarah pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan.
2. Kualitas Insan Pencipta : Insan Akademis, Pencipta
4 sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-bentuk baru yang lebih baik dan bersikap dengan bertolak dari apa yang ada (yaitu Allah). Berjiwa penuh dengan gagasan-gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan dan pembaharuan.
5 Bersifat independen dan terbuka, tidak isolatif, insan yang menyadari dengan sikap demikian potensi, kreatifnya dapat berkembang dan menentukan bentuk yang indah-indah.
6 Dengan ditopang kemampuan akademisnya dia mampu melaksanakan kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran islam.
3. Kualitas Insan Pengabdi : Insan Akdemis, Pencipta, Pengabdi
7 Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau untuk sesama umat.
8 Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukannya hanya membuat dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya menjadi baik.
9 Insan akdemis, pencipta dan mengabdi adalah yang bersungguh-sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan sesamanya.
4. Kualitas Insan yang bernafaskan islam : Insan Akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam
10 Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir dan pola lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menajdi pedoman dalam berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai universal Islam. Dengan demikian Islam telah menafasi dan menjiwai karyanya.
11 Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity personality” dalam dirinya. Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang utuh tercegah dari split personality tidak pernah ada dilema pada dirinya sebagai warga negara dan dirinya sebagai muslim. Kualitas insan ini telah mengintegrasikan masalah suksesnya pembangunan nasional bangsa kedalam suksesnya perjuangan umat islam Indonesia dan sebaliknya.
5. Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT :
12 Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.
13 Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang dari perbuatannya sadar bahwa menempuh jalan yang benar diperlukan adanya keberanian moral.
14 Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam menghadapi persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis.
15 Rasa tanggung jawab, taqwa kepada Allah SWT, yang menggugah untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
16 Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
17 Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai “khallifah fil ard” yang harus melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.

Pada pokoknya insan cita HMI merupakan “man of future” insan pelopor yaitu insan yang berfikiran luas dan berpandangan jauh, bersikap terbuka, terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan tahu bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara kooperatif bekerja sesuai dengan yang dicita-citakan. Ideal tipe dari hasil perkaderan HMI adalah “man of inovator” (duta-duta pembantu). Penyuara “idea of progress” insan yang berkeperibadian imbang dan padu, kritis, dinamis, adil dan jujur tidak takabur dan bertaqwa kepada Allah Allah SWT. Mereka itu manusia-manusia uang beriman berilmu dan mampu beramal saleh dalam kualitas yang maksimal (insan kamil)
Dari lima kualitas insan cita tersebut pada dasarnya harus memahami dalam tiga kualitas insan Cita yaitu kualitas insan akademis, kualitas insan pencipta dan kualitas insan pengabdi. Ketiga insan kualitas pengabdi tersebut merupakan insan islam yang terefleksi dalam sikap senantiasa bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang ridhoi Allah SWT.


V. TUGAS ANGGOTA HMI
Setiap anggota HMI berkewajiban berusaha mendekatkan kualitas dirinya pada kualitas insan cita HMI seperti tersebut diatas. Tetapi juga sebaliknya HMI berkewajiban untuk memberikan pimpinan-pimpinan, bimbingan dan kondusif bagi perkembangan potensi kualitas pribadi-pribadi anggota-anggota dengan memberikan fasilitas-fasilitas dan kesempatan-kesempatan. Untuk setiap anggota HMI harus mengembangkan sikap mental pada dirinya yang independen untuk itu :
18 Senantiasa memperdalam hidup kerohanian agar menjadi luhur dan bertaqwa kepada Allah SWT.
19 Selalu tidak puas dan selalu mencari kebenaran
20 Teguh dalam pendirian dan obyektif rasional menghadapi pendirian yang berbeda.
21 Bersifat kritis dan berpikir bebas kreatif
22 Hal tersebut akan diperoleh antara lain dengan jalan:
23 Senantiasa mempertinggi tingkat pemahaman ajaran Islam yang dimilikinya dengan penuh gairah.
24 Aktif berstudi dalam Fakultas yang dipilihnya.
25 Mengadakan tentir club untuk studi ilmu jurusannya dan club studi untuk masalah kesejahteraan dan kenegaraan
26 Salalu hadir dalam forum ilmiah
27 Memelihara kesehatan badan dan aktif mengikuti karya bidang kebudayaan
28 Selalu berusaha mengamalkan dan aktif dalam memngambil peran dalam kegiatan HMI
29 Mengadakan kalaqah-kalaqah perkaderan dimasjid-masjid kampus

Bahwa tujuan HMI sebagai dirumuskan dalam pasal AD HMI pada hakikatnya adalah merupakan tujuan dalam setiap Anggota HMI. Insan cita HMI adalah gambaran masa depan HMI. Suksesnya seorang HMI dalam membina dirinya untuk mencapai Insan Cita HMI berarti dia telah mencapai tujuan HMI.
Insan cita HMI pada suatu waktu akan merupakan “Intelektual community” atau kelompok intelegensi yang mampu merealisasi cita-cita umat dan bangsa dalam suatu kehidupan masyarakat yang sejahtera spritual adil dan makmur serta bahagia (masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT).

Wabillahittaufiq wal hidayah.

kuliah perdana

KULIAH PERDANA (PEMBUKA)
Kelemahan hasil pendidikan moderen, yaitu :
telah menghasilkan saintis dan teknorat yang handal tetapi tidak memiliki integritas kepribadian yang matang
perlu dibekali kemampuan dasar berupa kemampuan dalam memahami dan memaknai nilai-nilai essensial
(manusia yang memilki kemampuan, terampil mampu hidup mandiri sebagai hasil proses penghayatan terhadap makna essensial yang ada pada diri manusia
SARJANA DIHARAPKAN MEMILIKI 3 JENIS KEMAMPUAN :
1. kemampuan personal / personality,
memiliki pengetahuan sehingga mampu menunjukkan sikap, tingkah laku dan tindakan yang mencerminkan kepribadian indonesia, memahami & mengenal nilai-nilai agama, kemasyarakatan dan kenegaraan
2. kemampuan akademik,
kemampuan komunikasi ilmiah, lisan & tulisan, berfikir logis , kritis, sistematik analitik
3. kemampuan profesional;
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi dalam bidang profesinya
Kelemahan hasil pendidikan moderen, yaitu :
telah menghasilkan saintis dan teknorat yang handal tetapi tidak memiliki integritas kepribadian yang matang
karena tidak dibekali oleh kemampuan untuk mengalami dan memaknai makna-makna yang esensial mendewakan produk teknologi dan mengabaikan nilai kemanusiaan.
karena tidak memiliki kemampuan memaknai makna essensial sehingga jauh dari tangguh dan memiliki kepribadian yang mantap
Harusnya
memiliki kemampuan dasar dalam memahami dan mengalami makna
1. kemampuan berbahasa dan berhitung ( makna symbolic)
2. kemampuan untuk memaknai benda-benda melalui proses penjelajahan dan penyelidikan empiris ( makna empirics)
3. kemampuan untuk memaknai keindahan seni dan penomena alam (makna esthetic)
4. kemampuan untuk memaknai baik dan buruk ( makna ethic)
5. kemampuan berfikir logis dan rasional hingga bisa memaknai benar dan salah (makna synosthics )
6. kemampuan untuk beragama atau berfilsafat ( makna synoptics )
PEMETAAN ASPEK PEMBELAJARAN DALAM KELOMPOK MATA KULIAH :
MPK, MKK (keahlian, dan keilmuan)
(learning to know),
MKB (keahlian berkarya (learning to do),
MPB (perilaku berkarya (learning to be )
MBB (berkehidupan bermasyarakat
(learning to live together)
MPK (mata kuliah peengembangan kepribadian)
penghayatan nilai & kepribadian
learning to be morally
Kelompok bahan kajian dan pelajaran untuk mengembangkan mmanusia indonesia yg beriman dan bertaqwa thdp tuhan yme dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
(agama, isbd, pancasila)
Tujuan Pendidikan Umum :
adalah mewujudkan pribadi yang mampu berkomunikasi dan mengemukakan ide-ide secara efektif, sebagai Warga Negara ia berperan aktif memecahkan masalah-masalah sosial, ekonomi, politik, dan memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup yang sejahtera serta aktif mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan budaya

Manusia yang dicita-citakan dalam Pendidikan Umum
yaitu manusia yang terampil dan manpu hidup mandiri sebagai hasil penghayatan terhadap makna-makna esensial yg ada pd diri manusia
What is ISBD ?
Usaha Pendidikan Dalam Menelaah Masalah Sosial Dengan Menggunakan Fakta, Konsep dan Teori2 yang diperoleh dan Dikembangkan oleh berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu2 Sosial
Sistem Pendidikan Sekuler.
Ditandai oleh penajaman kajian keilmuaan atau spesialisasi yang berlebihan. Pelaksanaan system pendidikannya cenderung hanya memahami manusia pada aspek tertentu saja, aspek-aspek yang lainnya diabaikan, yang hasilnya berpengaruh pada pola pikir, pola sikap, pola hidup dan perilaku.
VISI ISBD
Berkembangnya mahasiswa sebagai manusia terpelajar yang kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman dan kesederajatan manusia yang dilandasi nilai-nilai estetika, etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat

MISI ISBD
Memberikan landasan dan wawasan yang luas serta menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif pada mahasiswa untuk memahami keragaman dan kesederajatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat selaku individu dan mahluk sosial yang beradab serta bertanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungannya.
KEPRIBADIAN INDONESIA
• sadar akan hak, kewajiban dan tanggung jawab etis moril dan politis terhadap kepentingan bgs dan negara yg ditampilkan dalam wujud keteladanan yg baik
• dgn sadar mentaati hukum dan uud’45, memiliki disiplin pribadi serta disiplin sosial dan kesadaran nasional yg teguh dan tdk sempit (chauvinistis)
• berpandangan jauh ke depan, memiliki tekad perjuangan untuk mencapai taraf kehidupan bangsa yg lebih tinggi didasarkan pada kemampuan objektif dan kekuatan kolektif bgs indonesia
• aktif dan kreatif dlm kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya dalam kegiatan pembangunan nasional dan pembangunan politik
• mampu menilai ulang gagasan asing dan nilai-nilai asing yg tdk sesuai dgn kepribadian bangsa.
TUJUAN ISBD
1. Mengembangkan kesadaran mahasiswa menguasai pengetahuan tentang keanekaragaman dan kesederajatan manusia sebagai individu dan mahluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman dan kesederajatan manusia dengan landasan nilai estetika, etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat
3. Mberikan landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta keyakinan kepada mahasiswa sebagai bekal bagi hidup bermasyarakat, selaku individu dan mahluk sosial yang beradab dalam mempraktikkan pengetahuan akademik dan keahliannya.
4. Mahluk sosial yang beradab dalam mempraktekkan pengetahuan akademik dan keahliannya
TUJUAN PENDIDIKAN UMUM (MKU) DI PT :
1. sebagai usaha membantu perkembangan kepribadian mahasiswa agar mampu berperan sebagai anggota masyarakat, bangsa dan agama
2. untuk menumbuhkan kepekaan mahasiswa terhadap masalah-masalah dan kenyataan-kenyataan sosial yang timbul di dalam masyarakat
3. memberi pengetahuan dasar kepada mahasiswa agar mereka mampu berfikir secara interdisipliner dan mampu memahami pikiran para ahli berbagai ilmu pengetahuan sehingga dengan demikian memudahkan mereka berkomunikasi
TUJUANNYA MATA KULIAH INI :
menghasilkan warga negara sarjana yang berkualifikasi
1. berjiwa pancasila, sehingga segala keputusan serta tindakannya mencerminkan pengamalan nilai-nilai pancasila (ingat butir-butir pancasila) dan memiliki integritas kepribadian yang tinggi, yang mendahulukan kepentingan nasional dan kemanusiaan sebagai sarjana indonesia
2. taqwa kepada tuhan yme, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran agamanya dan memiliki tenggang rasa terhadap pemeluk agama lain
3. memiliki wawasan komprehensif dan pendekatan integral di dalam menyikapi permasalahan kehidupan sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan pertahanan keamanan
4. memiliki wawasan budaya yang luas tentang kehidupan bermasyarakat dan secara bersama-sama mampu berperan serta meningkatkan kualitasnya maupun lingkungan alamiah dan secara bersama-sama berperan serta di dalam pelestariannya.
MASA SEKARANG PARTISIPASI MASYARAKAT TDK BISA BERLANGSUNG SECARA OTOMATIS DISEBABKAN :
• terlalu kompleksnya susunan masyarakat modern sekarang dgn dimensi politik dan sosial yg saling melibat sulit difahami
• org tdk berdaya scr fisik maupun ideologis untuk memahami apalagi ikut mempengaruhi kejadian sosial dan politik
• orang awan dan rakyat lebih banyak diperlakukan sebagai objek politik, konsumen politik dan pengikut politik yg patuh.
PERAN DIKTI
mempersiapkan pribadi anggota masyarakat sehingga mampu dan termotivasi serta partisipasi aktif dalam aktualisasi dan institusionalisasi masyarakat madani
Mampu menghasilkan
Manusia unggul secara intelektual
Anggun secara moral
Kompeten menguasai iptek
Memiliki komitmen tinggi untuk berbagai peran sosial
KARAKTERISTIK MASYARAKAT MADANI
( VISI INDONESIA 2020 )
Masyarakat yang :
a. Religius
b. Demokrasi
c. Kepastian hukum
d. Egalitarian
e. Penghargaan terhadap “human dignity”
f. Kemajuan budaya dan bangsa dalam satu kesatuan
MASYARAKAT MADANI

1. BERBUDAYA
2. BERADAB
3. DEMOKRATIS
4. MENGHORMATI HUKUM
5. MEMILIKI KEPEKAAN SOSIAL
6. RELIGIUS
7. BERDISIPLIN
8. BERTANGGUNG JAWAB
9. BERDEDIKASI DAN MENGHORMATI

dicapai dengan pendidikan (orientasi pada budaya lokal + global
HOMOHUMANUS :
Manusiawi : sikap yang menghargai manusia sebagai mahluk yang memiliki martabat tinggi dengan segala hak-haknya, (harus diperlakukan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan / sesuai dengan fitrahnya mahluk tuhan
Berbudaya : perilakunya dituntun oleh akal budi sehingga mendatangkan kebahagiaan bagi dirinya dan lingkungannya serta tidak bertentangan dengan kehendak alloh
Halus : kehalusan – bertingkah laku perbuatan lemah lembut, sopan santun, budi bahasa dan beradab (ahlak)
MEMANUSIAKAN MANUSIA MELALUI PEMAHAMAN KONSEP-KONSEP :
- keadilan
- penderitaan
- cinta kasih
- tanggung jawab
- pengabdian
- pandangan hidup
- keindahan
- kegelisahaan
manusia ------------------- sebagai mahluk beradab
peradaban -------------- wujud kebudayaan, sebagai hasil kreatif
manusia
wujud peradaban -- nilai, norma, moral, etika, estetika, logika
makna hakiki manusia beradab --- ketenangan, kenyamanan,
ketentraman, kedamaian
problem peradaban :
- kemajuan media komunikasi
- kemajuan iptek
- pertumbuhan / perkembangan demograf- ---- peradaban mns.
WUJUD KEBUDAYAAN :
1. idea (gagasan) – konsep fikiran manusia
sistem budaya – adat istiadat
2. aktivity - komplek aktivitas yang saling berinteraksi
(sistem sosial)
3. wujud sebagai benda budaya (hasil aktivitas)
unsur budaya :
1. bahasa
2. sistem teknologi
3. mata pencaharian
4. organisasi sosial
5. sistem pengetahuan
6. religi
7. kesenian





KONSEP DASAR MANUSIA
Tujuan :
Agar mahasiswa mampu memahami konsep-konsep dasar manusia sebagai mahluk budaya serta pemahaman konsep tersebut dijadikan dasar pengetahuan dalam mempertimbangkan dan mensikapi berbagai problematika budaya yang berkembang dalam masyarakat.
Manusia sebagai mahluk budaya ;
• berkemampuan menciptakan kebaikan, kebenaran, keadilan dan bertanggung jawab.
• mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya
Manusia tidak semata-mata hanya mahluk biologik saja tetapi juga dia sebagai :
• mahluk sosial
• mahluk ekonomi
• mahluk politik
• mahluk budaya
• mahluk psikologi
MANUSIA HIDUP DINAMIS, BERKEMBANG (AKIBAT BERINTERAKSI), SEHINGGA KEBUDAYAAN MAKIN KOMPLEKS PERMASLAHANNYA.
Kebudayaan
diciptakan manusia dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam rangka mempertahankan hidupnya serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya,
Dalam proses perkembangannya terjadi penyimpangan dari tujuan penciptaan kebudayaan (yaitu kesejahteraan) Yang terjadi malah menjadi
masalah kebudayaan yaitu ;
Segala sistem / tata nilai sikap mental pola berfikir, pola tingkah laku dalam berbagai aspek kehidupan yang tidak memuaskan bagi warga masyarakat secara keseluruhan.
MASALAH TATA NILAI DAPAT MENIMBULKAN KRISIS-KRISIS KEMASYARAKATAN ANTARA LAIN “DEHUMANISASI” (pengurangan arti nilai kemanusiaan)
PENYIMPANGAN MASALAH BUDAYA :
Segala sistem / tata nilai sikap mental, pola berfikir, pola tingkah laku dalam berbagai aspek kehidupan yang tidak memuaskan bagi warga masyarakat secara keseluruhan
HAL INI MENIMBULKAN KRISIS KEMASYARAKATAN / DEHUMANISASI
YAITU : PENGURANGAN ARTI KEMANUSIAAN SESEORANG
Dehumanisasi terjadi sebagai akibat perubahan sikap manusia sebagai dampak dari penyimpangan tujuan pengembangan kebudayaaan
Untuk mengantisipasi itu maka;
Manusia harus dikenalkan pada pengetahuan KEBUDAYAAN DAN FILSAFAT, melalui filsafat manusia memahami tentang etika, estetika dan logika.
Melalui kajian pengetahuan budaya ;
Kita ingin menciptakan atau penertiban dan pengolahan nilai-nilai insani sebagai usaha memanusiakan diri dalam alam lingkungannya baik fisik maupun mental.
Manusia memanusiakan dirinya dan lingkungannya artinya manusia membudayakan alam, memanusiakan hidup dan menyempurnakan hubungan insani.
Mengkaji pengetahuan kebudayaan agar kita bisa mengembangkan kepribadian dan wawasan pemikiran.
Dengan mengkaji pengetahuan kebudayaan (humanities) kita akan menjadikan homo humanus yaitu manusia yang berpribadi manusiawi, berbudaya, dan halus
Kebudayaan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objekmateri dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok.
KEBUDAYAAN (KONTJORONINGRAT) ;
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
dengan hasil budaya manusia, maka terjadilah pola kehidupan, pola kehidupan inilah yang menyebabkan hidup bersama dan dengan pola kehidupan ini dapat mempengaruhi cara berfikir dan gerak sosial.
Melalui kebudayaan manusia mampu menciptakan kebaikan, kebenaran, keadilan dan bertanggung jawab untuk kebahagiaan dan kesempurnaan kehidupan.
Dengan memfungsikan akal budinya, pengetahuan kebudayaan bisa mempertimbangkan, menyikapi problem budayanya.
Wujud kebudayaan :
1. Idea (gagasan) konsep pikiran manusia yang menjadi sistem budaya yang jadi adat istiadat
2. Activity, yaitu kompleks aktivitas yang saling berinteraksi yang kemudian jadi sistem sosial, pola aktivitas di tata oleh gagasan, pikiran-pikiran
3. Benda budaya sebagai hasil aktivitas
Unsur-Unsur Budaya :
1. Bahasa
2. Sistem Teknologi
3. Mata Pencaharian
4. Organisasi sosial
5. Sistem pengetahuan
6. Religi
7. Kesenian
Wujud a.d.1.
disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat dan berpusat pada kepala-kepala manusia yang menganutnya.
Disebut sistem budaya karena gagasan dan pikiran tersebut tidak merupakan kepingan-kepingan yang terlepas melainkan saling berkaitan berdasarkan asas-asas yang erat hubungannya, sehingga menjadi sistem gagasan dan pikiran yang relatif mantap dan kontinyu.
Wujud ad.2.
Kompleks aktivitas, berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat kongkret, dapat diamati atau diobservasi.
Wujud ini sering disebut sistem sosial. Sistem sosial tdk lepas dari sistem budaya adapun bentuknya pola-pola aktivitas tersebut ditentukan atau ditata oleh gagasan-gagasan dan pikiran-pikiran yang ada dalam kepala manusia.
Karena saling berinteraksi antar manusia, maka pola aktivitas dapat pula menimbulkan gagasan, konsep dan pikiran baru serta tidak mustahil dapat diterima dan mendapat tempat dalam sistem budaya dari manusia yang berinteraksi tersebut.
Wujud. Ad. 3.
Wujud sebagai benda.
Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya.
Aktivitas karya manusia tersebut menghasilkan benda untuk berbagai keperluan hidupnya.
Kebudayaan dalam bentuk fisik yang kongkret biasa juga disebut kebudayaan fisik, mulai dari benda yang diam sampai pada benda yang bergerak.
Manusia adalah mahluk budaya
KEBUDAYAAN (Koentjaraningrat), ; keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Hasil pengembangan akal pikiran manusia
Untuk mencapai kesempurnaan hidup
Hasil budaya ; terjadi pola kehidupan
Pola kehidupan inilah yang menyebabkan hidup bersama
Dengan pola kehidupan dapat mempengaruhi cara berfikir dan gerak sosial.
Melalui kebudayaan manusia mampu menciptakan kebaikan, kebenaran, keadilan dan bertanggung jawab untuk kebahagiaan dan kesempurnaan kehidupan.
Dengan mengkaji pengetahuan kebudayan ( HUMANITIES) kita menjadikan HOMOHUMANUS (manusia yang berpribadi manusiawi, berbudaya, halus)
DALAM PERKEMBANGANNYA TIMBUL PENYIMPANGAN DARI TUJUAN PENCIPTAAN KEBUDAYAAN (KESEJAHTERAAN HIDUP)
YANG TERJADI MASALAH HIDUP (MASALAH KEBUDAYAAN)
MASALAH KEBUDAYAAN :
Segala sistem/tata nilai sikap mental, pola fikir, pola tingkah laku dalam berbagai aspek kehidupan yang tidak memuaskan bagi warga masyarakat secara keseluruhan.
Masalah tata nilai dapat menimbulkan krisis-krisis kemasyarakatan (dehumanisasi) / pengurangan arti kemanusiaan.
Dehumanisasi terjadi akibat : perubahan sikap manusia
sebagai akibat penyimpangan tujuan pengembangan kebudayaan
Antisipasinya ;
Mengenal pengetahuan kebudayaan (humanities) dan filsafat.
Dengan filsafat manusia memahami tentang etika, estetika dan logika.
Kajian pengetahuan budaya ;
INGIN MENCIPTAKAN ATAU PENERTIBAN DAN PENGOLAHAN NILAI-NILAI INSANI
SEBAGAI USAHA MEMANUSIAKAN DIRI DALAM ALAM LINGKUNGANNYA BAIK FISIK MAUPUN MENTAL.
Manusia memanusiakan dirinya dan lingkungannya ARTINYA;
MANUSIA MEMBUDAYAKAN ALAM, MEMANUSIAKAN HIDUP DAN MENYEMPURNAKAN HUBUNGAN INSANI.

conto mklh hmi

Masa Depan Ekonomi Bangsa Indonesia
Ditinjau dari
“Konsep Dasar Indutri Kecil dan Menengah”

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Latihan Kader III
(Advance Training)
HMI BADKO JAWA BARAT















Di tulis oleh :
Muhammad Shodaq


HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
HMI CABANG GARUT
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan rahmat Allah SWT, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat-Nya yang telah mengaruniakan daya dan kekuatan kepada penulis, yang akhirnya penulis dapat menyelesaikan paper ini yang berjudul Masa Depan Ekonomi Bangsa Indonesia Ditinjau dari “Konsep dasar Industri Kecil dan Menengah”
Dengan segala kerendahan hati penulis sadar bahwa dalam penyusunan paper ini masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan serta masih jauh dari apa yang diharapkan, oleh karena itu dengan terbuka penulis menerima kritik maupun saran dari berbagai pihak demi perbaikan paper ini di masa yang akan datang sehingga dapat memenuhi syarat.
Penulis berharap semoga paper ini bermanfaat dan memberi dampak positif bagi kesejahetraan masyarakat terutama di dunia IKM (Industri Kecil Menengah) atau Home Industri serta bekal hidup bermasyarakat.
Akhirnya penulis berharap semoga atas segala bantuan, dukungan dan do’a restunya yang telah di berikan kepada penulis mendapatkan pahala yang setimpal dari Allah SWT. Amin!

Garut, Mei 2008



M. Shodaq




DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
Bab I Pendahuluan 3
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah 5
Bab II Pembahasan 6
2.1 Strategi Pemberdayaan Industri Kecil 6
2.2 Strategi Pengembangan Industri Kecil 13
Bab III Penutup 16
Daftar Pustaka 18















BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di Indonesia, belum ada batasan mutlak tentang industri kecil yang dapat dijadikan sebagai pedoman umum. Winardi (1994) mendefenisikan industri kecil adalah usaha produktif, terutama dalam bidang produksi atau perusahaan tertentu yang menyelenggarakan jasa-jasa misalnya transportasi, atau jasa perhubungan yang menggunakan modal dan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif kecil.
Batasan normatif menurut SK. Menperindag Nomor 254 Tahun 1997, Industri kecil diartikan sebagai suatu kegiatan usaha industri yang memiliki nilai investasi sampai dengan 200 juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Industri kecil tergolong usaha kecil. Oleh karena itu perlu batasan yang tegas tentang pengertian usaha kecil. Hal ini dimaksudkan agar terdapat konsistensi pemahaman atas kedua konsep tersebut. Menurut UU. Nomor 9 Tahun 1995 yang dimaksud usaha kecil adalah suatu usaha yang mempunyai kekayaan bersih maksimum 200 juta rupiah di luar tanah dan bangunan atau mempunyai omzet penjualan maksimum 1 miliar rupiah per tahun.
Industri Kecil Menengah (IKM) adalah suatu kegiatan usaha industri yang memiliki asset sampai dengan 5 miliar rupiah di luar tanah dan bangunan serta beromzet sampai dengan 25 miliar rupiah per tahun (Mayer, 1986).
Industri kecil adalah kegiatan untuk mengubah bentuk secara mekanis dan kimiawi produk baru yang lebih tinggi manfaatnya, baik dengan menggunakan mesin, tenaga kerja atau alat bantu lainnya guna dijual atau dipergunakan sendiri. Dengan kata lain, industri adalah kegiatan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi yang lebih tinggi nilainya (Rhodant,1983).
Menurut Deperindag bersama dengan Badan Pusat Statistik (2002) industri kecil adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan yang bertujuan untuk memproduksi barang ataupun jasa untuk diperniagakan secara komersial, yang mempunyai kekayaan bersih paling banyak 200 juta rupiah dan mempunyai nilai penjualan pertahun sebesar 1 miliar rupiah atau kurang.
Merujuk kepada beberapa pengertian industri yang telah diuraikan tersebut, maka pada prinsipnya industri itu terkait dengan unsur-unsur tertentu, antara lain:
• Kelompok-kelompok perusahaan atau kelompok produksi yang mengolah barang homogen atau sejenis.
• Perubahan wujud fisik suatu benda, baik melalui proses mekanik maupun kimia dengan melibatkan faktor-faktor produksi.
• Orientasi kegiatan industri dititik beratkan kepada dua target yang mendasar, yakni :
1) untuk mendapatkan manfaat/nilai yang lebih tinggi dari semula, dan
2) sebagai jawaban alternatif atas kelangkaan suatu produk dengan cara substitusi.

Pertimbangan lain yang mendasari pentingnya industri kecil, meliputi :
• Proses desentralisasi kegiatan ekonomi guna menunjang terciptanya integrasi kegiatan sektor-sektor ekonomi yang lain.
• Potensi penciptaan dan perluasan kesempatan kerja bagi pengangguran.
• Dalam jangka panjang, peranannya sebagai suatu basis pembangunan ekonomi yang mandiri.

Penjabaran mengenai potensi pengembangan industri kecil di Indonesia dalam kaitannya dengan penyerapan tenaga kerja setidaknya memberikan gambaran tentang perihal yang sama bagi sektor-sektor ekonomi secara keseluruhan. Data kuantitatif dari Badan Pusat Stasistik (2002) memberikan gambaran bahwa kemampuan penyerapan tenaga kerja pada industri kecil jumlahnya lebih besar jika dibandingkan dengan industri besar jika dibandingkan dengan industri besar dan sedang.
Irzan (1986) berpendapat bahwa dimensi problematik yang menyangkut persoalan kesempatan kerja, betapapun terbatasnya akan melahirkan suatu urgensi kerja guna memberikan prioritas tersendiri pada pengembangan industri kecil. Untuk itulah sikap pemerintah yang meletakkan sub sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga sebagai kantong dari berbagai upaya perluasan dan penciptaan lapangan kerja, merupakan keharusan dalam menentukan tindakan yang rasional.

1.2 Perumusan Masalah.
Adapun perumusan masalah adalah :
1. Bagaimana Strategi Pemberdayaan Industri Kecil.
2. Bagaimana Strategi Pengembangan Industri Kecil.

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah
• Pengembangan Industri Kecil Menengah.
• Pengklusteran Industri Kecil Menengah.
• Membuat pasar baru.
• Industri Kecil Menengah supaya membuat Kelompok Industri Kecil dan Menengah, dimana bisa saling berinteraksi satu dengan yang lain.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Strategi Pemberdayaan Industri Kecil
Proses pemberdayaan industri kecil selama ini kurang menyentuh akar permasalahan. Persoalan-persoalan diselesaikan secara parsial sehingga persoalan muncul dan hilang hanya untuk sementara. Sesuai dengan prinsip theory of constraint bahwa perbaikan pada bagian yang bukan bottle neck tidak akan memperbaiki sistem secara keseluruhan (Ikhsan, 2001). Terdapat delapan masalah-masalah utama yang dihadapi para pengusaha kecil , yaitu (ISEI, 1998.);
A. Permasalahan modal
1. Suku bunga kredit perbankan yang masih tinggi sehingga kredit menjadi mahal.
2. Informasi sumber pembiayaan dari lembaga keuangan non bank masih kurang.
3. Sistem dan prosedur kredit dari lembaga keuangan bank dan non bank terlalu rumit dan memakan waktu yang cukup lama.
4. Perbankan kurang menginformasikan standar proposal untuk pengajuan kredit, sehingga pengusaha kecil belum mampu membuat proposal yang sesuai dengan kriteria perbankan.
5. Perbankan kurang memahami kriteria usaha kecil dalam menilai kelayakan usaha, sehingga jumlah kredit yang disetujui seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan usaha kecil.

B. Permasalahan pemasaran.
1. Posisi tawar pengusaha kecil ketika berhadapan dengan pengusaha besar selalu lemah, terutama berkaitan dengan penentuan harga dan system pembayaran.
2. Asosiasi pengusaha atau profesi belum berperan dalam mengkoordinasi persaingan yang tidak sehat antara usaha sejenis.
3. Informasi untuk memasarkan produk masih kurang, misalnya tentang produk yang diinginkan, potensi pasar, tata cara memasarkan produk dan lain-lain.

C. Permasalahan bahan baku
1. Supply bahan baku untuk usaha kecil kurang memadai dan berfluktuasi. Ini disebabkan karena adanya pembeli besar yang menguasai bahan baku.
2. Harga bahan baku masih terlalu tinggi dan berfluktuasi karena dikuasai oleh pengusaha besar.
3. Kualitas bahan baku rendah karena tidak adanya standarisasi dan adanya manipulasi kualitas bahan baku.
4. Sistim pembelian bahan baku secara tunai menyulitkan pengusaha kecil, sementara pembayaran penjualan produk umumnya tidak tunai.
D. Permasalahan teknologi
1. Tenaga kerja terampil sulit diperoleh dan dipertahankan karena lembaga pendidikan dan pelatihan yang ada kurang dapat menghasilkan tenaga kerja terampil yang sesuai dengan kebutuhan usaha kecil.
2. Akses dan Informasi sumber teknologi masih kurang dan tidak merata.
3. Spesifikasi peralatan yang sesuai dengan kebutuhan usaha kecil sukar diperoleh.
4. Lembaga independen belum ada dan belum berperan, khususnya lembaga pengkajian teknologi yang ditawarkan oleh pasar kepada pengusaha kecil sehingga teknologi ini tidak dapat dimanfaatkan secara optimal.
5. Peran instansi pemerintah, non pemerintah dan perguruan tinggi dalam mengidentifikasi, menemukan, menyebarluaskan dan melakukan pembinaan tekhnis tentang tekhnologi baru atau tekhnologi tepat guna bagi usaha kecil masih kurang intensif.

E. Permasalahan manajemen
1. Pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan usaha sulit ditemukan karena pengetahuan pengusaha kecil relatif rendah.
2. Pemisahan antara manajemen keuangan perusahaan dan keluarga belum dilakukan sehingga pengusaha kecil mengalami kesulitan dalam mengontrol atau mengatur cash flow serta dalam membuat perencanaan dan laporan keuangan.
3. Kemampuan pengusaha kecil dalam mengorganisasikan diri dan karyawan masih lemah sehingga terjadi pembagian kerja yang tidak jelas.
4. Pelatihan tentang manajemen dari berbagai instansi kurang efektif karena materi yang terlalu banyak tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan.
5. Produktivitas karyawan masih rendah sehingga pengusaha kecil sulit memenuhi ketentuan UMR.

F. Permasalahan sistim birokrasi
1. Perizinan yang tidak transparan, mahal, berbelit-belit, diskriminatif, lama dan tidak pasti serta terjadi tumpang tindih dalam mengurus perizinan.
2. Penegakan dan pelaksanaan hukum dan berbagai ketentuan masih kurang serta cenderung kurang tegas.
3. Pengusaha kecil dan asosiasi usaha kecil kurang dilibatkan dalam perumusan kebijakan tentang usaha kecil.
4. Pungutan atau biaya tambahan dalam pengurusan perolehan modal dari dana penyisihan laba BUMN dan sumber modal lainnya cukup tinggi.
5. Banyak pungutan yang sering kali tidak disertai dengan pelayanan yang memadai.

G. Ketersediaan infrastruktur.
Listrik, Air dan Telepon bertarif mahal dan sering kali mengalami gangguan disamping pelayanan petugas yang kurang baik.
H. Pola kemitraan
1. Kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah dan besar dalam pemasaran dan sistem pembayaran baik produk maupun bahan baku dirasakan belum bermanfaat.
2. Kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah dan besar dalam transfer tekhnologi masih kurang. Menyadari hal tersebut, pemerintah berupaya mendukung pengembangan UKM melalui berbagai kebijakan, program pembinaan, peraturan (antara lain Undang-undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dan pemberian berbagai macam fasilitas (Tambunan, 1999). Pasal 7 Undang-undang No. 9 Tahun 1995, Pemerintah berusaha menumbuhkan iklim usaha dalam aspek pendanaan dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan untuk :
1. memperluas sumber pendanaan;
2. meningkatkan akses terhadap sumber pendanaan;
3. memberikan kemudahan dalam pendanaan

Melalui pasal 8 Undang-undang No. 9 Tahun 1995, Pemerintah berusaha untuk menumbuhkan iklim usaha dalam aspek persaingan dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan untuk :
1. meningkatkan kerjasama sesama usaha kecil dalam bentuk koperasi, asosiasi, dan himpunan kelompok usaha untuk memperkuat posisi tawar usaha kecil;
2. mencegah pembentukan struktur pasar yang dapat melahirkan persaingan yang tidak wajar dalam bentuk monopoli, oligopoli, dan monopsoni yang merugikan usaha kecil;
3. mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh orang perseorangan atau kelompok tertentu yang merugikan usaha kecil;

Pemerintah berusaha menumbuhkan iklim usaha dalam aspek kemitran dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan untuk :
1. mewujudkan kemitraan;
2. mencegah terjadinya hal-hal yang merugikan usaha kecil dalam pelaksanaan transaksi usaha dengan usaha menengah dan usaha besar;

Salah satu pendekatan dan strategi dalam mengembangkan akses pasar Usaha Kecil dan Menengah adalah melalui pendekatan keterkaitan usaha atau kemitraan, karena melalui pendekatan kemitraan akan tercipta efisiensi usaha dan peningkatan daya saing tanpa melalui persaingan pasar yang sering kali sulit dikendalikan.
Dalam melaksanakan kemitraan selama ini, praktek kemitraan antara usaha kecil dan usaha besar lebih berdimensi sosial bahkan acapkali bersifat politis dan belum menekankan pada aspek-aspek seperti tercantum dalam undang-undang tentang usaha kecil tersebut. Oleh karena itu, kemitraan yang terjadi sering kali tidak saling menguntungkan, tidak berlangsung lama atau berkelanjutan, bahkan kadangkala mengeksploitasi salah satu pihak yang bermitra.
Ada 4 alasan penyebab usaha besar enggan bermitra dengan usaha kecil :
1. Biaya transaksi yang rendah untuk mendapatkan barang dari pasar bebas sehingga tidak ada keharusan (tidak ada insentif) bagi usaha besar untuk bermitra dengan usaha kecil.
2. Tingginya biaya investasi untuk melakukan kemitraan.
3. Sulitnya perusahaan kecil untuk masuk kedalam suatu industri yang memiliki keterkaitan dengan usaha besar karena cost entry yang tinggi akibat adanya entry barrier.
4. Adanya entry barriers yang sengaja diciptakan oleh usaha besar sebagai bagian dari strategi usahanya.

Di dalam Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1997 dinyatakan bahwa bentuk kemitraan yang ideal adalah yang saling memperkuat, saling menguntungkan dan saling menghidupi. Fakta menunjukkan bahwa ada beberapa peluang keuntungan yang dapat diperoleh melalui kemitraan usaha kecil dengan perusahaan menengah dan besar, dibandingkan dengan berusaha sendiri, yaitu (Saharudin dan Sumardjo, 2002) :
1. Kerjasama pemasaran/penampungan produk usaha dapat lebih jelas, pasti dan periodik.
2. Kerjasama dalam bentuk bantuan dana teknologi atau sarana lain dapat disediakan oleh perusahaan besar.
3. Kerjasama untuk dapat menghindar dari proses persaingan terhadap produk yang sama antara pengusaha kecil dan pengusaha menengah/besar.
4. Kerjasama dengan berbagi tugas antara masing-masing pengusaha sesuai dengan spesialisasi dan tugas masing-masing dalam sistim bisnis yang berkesinambungan.

Peluang pola kemitraan usaha antara pengusaha kecil dan pengusaha menengah atau besar antara lain dapat berbentuk (Mangkuprawira, 1996 dalam Saharudin dan Sumardjo, 2002) :
1. Kontak bisnis: interaksi pasif antara dua unit usaha tanpa harus ada perjanjian formal yang mengikat, bebas tanpa sanksi hukum, misalnya saling tukar informasi.
2. Kontrak bisnis: hubungan usaha kecil yang aktif dan sudah mencirikan adanya hubungan bisnis (transaksi dagang) antara dua mitra usaha. Dalam hubungan ini telah terjadi relasi yang eksplisit dan dituangkan dalam bentuk perjanjian kontrak bisnis yang mengikat (atas dasar hukum dan dalam jangka waktu tertentu).
3. Kerjasama bisnis: hubungan bisnis disamping bersifat aktif juga bervariasi sampai pada penanganan manajemen (pemasaran, keuangan, produksi dan lain-lain). Dalam model ini semua yang terlibat membentuk usaha patungan baru, misalnya dalam bentuk joint operation bidang pemasaran, joint venture bidang keuangan dan produksi dan lain sebagainya.
4. Keterkaitan bisnis (lingkages) : pihak bisnis yang terlibat tetap memiliki kebebasan usaha, tetapi bersepakat untuk melakukan engineering subcontract bukan sub kontrak yang bersifat komersial, dalam proses produksi. Dalam hal ini tidak semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan besar harus dipikul bersama perusahaan kecil. Biaya-biaya seperti pelatihan, supervisi pengendalian mutu, percobaan produksi dan promosi dibebankan kepada perusahaan besar.

Menurut Hubeis (1997), strategi pemberdayaan menuju industri kecil profesional di era globalisasi adalah :
1. Peningkatan pemahaman (cara berfikir) tentang proses pembuatan keputusan untuk merumuskan dan mencari alternatif pemecahan masalah yang dihadapi.
2. Peningkatan kemampuan mengenali lingkungan untuk menciptakan peluang usaha yang efektif dan prospektif melalui suatu perencanaan bisnis (business plan) komprehensif dan terpadu (SDM, produksi, keuangan, pemasaran, dan organisasi).
3. Menciptakan keunggulan dalam persaingan dengan cara menekan biaya produksi, membuat diferensiasi produk dan menemukan relung pasar yang kurang dimanfaatkan pesaing serta penguasaan informasi pasar (market intelligent).
4. Memilih dan menjalin kerjasama usaha melalui berbagai jalur kemitraan, baik bersifat sementara maupun permanen dalam menumbuhkan industri kecil modern dan meningkatkan daya saingnya.
5. Peningkatan kualitas SDM melalui pemberdayaan (empowerment) profesionalisme, learning organisazation, komunikasi dan berfikir reaktifproaktif; dan pembinaan melembaga (pelatihan magang dan inkubasi bisnis)

Menurut Jumhur, (2001) yang perlu diperhatikan dalam upaya pemberdayaan industri kecil adalah: 1) perlu dibangun keyakinan bahwa industri kecil memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang, 2) memahami dan mengenali dengan baik apa yang menjadi keunggulan, kekurangan, dan hambatan yang sering dihadapi industri kecil, 3) jangan hanya meningkatkan keterampilan berproduksi atau keterampilan adminsitrasi saja, karena permasalahan industri kecil biasanya bersumber pada kurangnya akses mereka pada pemasok, pasar dan sumber informasi.
Menurut Saragih, (1998) bahwa dalam kaitan menuju era industrialisasi berbasis peternakan perlu ada kesadaran dari: 1) konsumen (sebagai penarik yang menimbulkan permintaan), 2) aparat birokrasi (sebagai pencipta-pendorong iklim berkembangnya budaya industri), dan 3) peternak, produsen input peternakan, dan jasa kelembagaan (sebagai pelaku yang harus senantiasa memenuhi kebutuhan konsumen yang selalu meningkat/beragam baik dari kuantitas maupun kualitas).
Staley dan Morse (1988) menyatakan bahwa pada prinsipnya, ada dua cara untuk membantu industri kecil yaitu; 1) melalui program pengembangan yang dapat membantu industri kecil berproduksi secara efisien sehingga dapat bersaing secara efektif dengan indusrti besar pada lini-lini yang cocok untuk produksi skala kecil. 2) bantuan yang bersifat protektif (melindungi) atau restriktif (pembatasan). Lebih lanjut dikatakan bahwa terdapat tiga prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam pembinaan industri kecil yaitu; 1) prinsip kombinasi dan interaksi, 2) prinsip adaptasi, dan 3) prinsip seleksi.
Staley dan Morse (1988) mengajukan lima prinsip panduan bagi pembuat kebijakan industri kecil, yaitu; 1) mendorong dan mengembangkan modernisasi produk, teknologi produksi, dan metode manajemen dan bisnis, 2) mendorong dan mengembangkan pertumbuhan selektif (yaitu industri kecil dan pengusaha industri kecil yang mempunyai prospek), 3) mendorong dan mengembangkan perbaikan manajemen, 4) mendorong dan mengembangkan perbaikan teknologi dan adaptasi teknologi agar sesuai dengan kondisi setempat, dan 5) mendorong dan mengembangkan hubungan saling melengkapi (complementary) diantara industri yang berbeda jenis dan ukuran.
Menurut Saragih, (1998) faktor yang perlu diperhatikan untuk menuju era industrialisasi adalah penentuan adanya jenis produk yang menjadi unggulan, dimana produk peternakan yang dihasilkan tidak hanya kompetitif di pasar domestik tetapi juga di pasar international.

2.2 Strategi Pengembangan Industri Kecil
Strategi pengembangan industri kecil adalah pendekatan-pendekataan yang dipergunakan dalam mengembangkan industri kecil sebagai bagian integral dari struktur nasional.

a. Pendekatan Pembangunan.
Dalam menangani setiap proyek ataupun obyek pengembangan industri, baik yang bersifat pemecahan masalah (problem solving) maupun yang bersifat pengembangan ke depan (development oriented), strategi pengembangan yang ditempuh didasarkan kepada pola pendekatan logis dan kontemporer melalui dua langkah simultan yang saling sinergik, yaitu:
1. Memperkuat daya tarik faktor-faktor penghela pada sisi permintaan terhadap produk-produk industri (Demand Pull Strategy) melalui berbagai bentuk upaya yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan.
2. Memperkuat daya dukung faktor-faktor pendorong pada sisi kemampuan daya pasok (Supply Push Strategy) untuk memperlancar kegiatan produksi secara berdaya saing, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.

b. Lingkup Penerapan Strategi Pengembangan.
Meskipun pendekatan pengembangan seperti di atas dapat diterapkan di semua skala satuan objek pembinaan dari level sektor ataupun kelompok/cabang industri di tingkat nasional/daerah secara makro, sampai tingkat sentra industri dan unit usaha secara mikro, namun atas pertimbangan efisiensi sebagai akibat dari terbatasnya sumber daya pembangunan dibandingkan dengan luasnya objek binaan, maka ditempuh penetapan prioritas pembinaan industri kecil atau fokus pengembangan.
Pendekatan sentra industri kecil/ industri kecil menengah ditempuh berhubung kecenderungan era persaingan semakin menuntut bergesernya pola persaingan individual ke arah pola persaingan secara kolektif (collective competencevenes) menuju daya saing nasional dan global.
a) Pemilihan/penetapan proyek. Sebelum sesuatu objek (misalnya sentra atau calon sentra industri kecil) ditetapkan untuk dijadikan proyek pengembangan, perlu terlebih dahulu dinilai bahwa object tersebut layak dikembangkan atau dijadikan proyek ataupun sasaran kegiatan. Kriteria kelayakan utamanya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan.
b) Kegiatan produksi berakar dari terdapatnya SDA dan talenta masyarakat setempat misalnya aset keterampilan pembuatan makanan khas tradisional.
c) Melibatkan tenaga kerja yang banyak khususnya dari penduduk setempat.
d) Menghasilkan nilai tambah agregat yang besar.
e) Memicu pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor terkait, khususnya di daerah yang bersangkutan.
f) Prospek pasar yang potensial dan berkelanjutan, apalagi pasar eksport.
g) Komponen-komponen kegiatan yang diterapkan pada objek pengembangan selalu aspesifik yaitu disesuaikan dengan kondisi, tingkat perkembangan dan masalah yang dihadapi oleh industri kecil yang bersangkutan.

Berbagai fase perkembangan industri kecil dan jenis kebutuhan akan perlakuan pembinaannya pada visualisasi sebagai berikut:
Tabel 3. Kebutuhan Dasar Industri pada Setiap Fase

FASE PENDIRIAN FASE PERTUMBUHAN FASE PENGEMBANGAN FASE KEMATANGAN
1) Inkubator,ketersediaan infrastruktur untuk memulai usaha, seperti studi kelayakan, pelatihan (AMT,CEFE, dst) pengetahuan tentang perijinan, serta pengetahuan tentang aspek legal lainnya.
2) Ketersediaan tenaga kerja.
3) Ketersediaan pasar dan informasinya.
4) Permodalan
5) Ketersediaan bahan baku/penolong yang sesuai dengan produk yang dihasilkan
6) Ketersediaan infrastruktur fisik. 1) Sertifikasi tandar
2) Pengembangan Teknik/technology
3) Proses Otomatisasi atau teknologi tepat guna
4) Bantuan Perpajakan
5) Bantuan Promosi 1) Peningkatan Kemampuan Teknik dan Teknology
2) Peningkatan Kemampuan Manajemen
3) Peningkatan Penerapan ICT.
4) Bantuan Kepemilikan Merek Tersendiri.
5) Peningkatan Akses Kelembagaan.
6) Out Sorcing
7) Pengembangan saluran distribusi.
1) Pengembangan Desain.
2) Promosi merek
3) Peningkatan
4) Kemampuan lanjut usaha
5) Penjajakan Investasi baru





















BAB III
PENUTUP

Pola ekonomi apa yang mesti dibangun di Indonesia, menjadi poin penting dalam perdebatan pengambil kebijakan di tingkat pemerintahan. Sebagai negara yang mempunyai IPM rendah dibandingkan negara-negara lain (khususnya di benua Asia), mayoritas masyarakat di Indonesia didominasi oleh orang orang miskin (berpenghasilan rendah) apalagi setelah krisis multidemensi melanda bangsa Indonesia.

Dengan alasan sederhana inilah, menurut hemat penulis, pola ekonomi yang dibangun harus senantiasa menyesuaikan diri dengan realitas bangsa indonesia saat ini. Di tengah krisis yang melanda bangsa Indonesia ini, maka dipandang perlu membuat sebuah formulasi dalam pembangunan ekonomi untuk mensejahterakan masyarakat.

Industri Kecil Menengah (IKM), yang menitikberatkan pada pemberdayaan pengusaha kecil dan menengah, merupakan salah satu langkah dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Sebab, dengan pola seperti ini masyarakat Indonesia yang kebanyakan dari kelas ekonomi kecil & menengah bisa terberdayakan.

Potensi IKM di Indonesia sebenarnya sangat besar. Hanya saja, potensi yang besar itu belum termaksimalkan. Salah satu kelemahan dari bagaimana strategi dan pengembangan Industri kecil dan menengah di sektor industri yang mengelompok (clustered) adalah bahwa mereka cenderung hanya menikmati keuntungan-keuntungan akibat lokasi yang sama (external economies). Mereka belum maksimal memanfaatkan jaringan untuk bekerjasama (joint action) guna memecahkan permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi.
Ke depan, agar IKM itu bisa terus tumbuh berkembang, langkah strategis yang perlu dilakukan adalah:
1. Mendorong munculnya modal, marketing dan management di antara pelaku usaha di kelompok, upgrading teknologi dan kualitas produk, dan networking di pasar internasional.
2. Memberikan bantuan kepada pelaku home Industri atau Industri Kecil Menengah secara menyeluruh,
3. Menciptakan sinergitas antara pemerintah dan pelaku home Industri atau Industri Kecil-Menengah.

menejemen

Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.[1] Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal.[2] Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.[3] Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwa
l.[4] Keterampilan manajer


Gambar ini menunjukan keterampilan yang dibutuhkan manajer pada setiap tingkatannya.
Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar.[13] Ketiga keterampilan tersebut adalah:
1. Keterampilan konseptual (conceptional skill)
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)
Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
3. Keterampilan teknis (technical skill)
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu:[4]
1. Keterampilan manajemen waktu
Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer, Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit. Dari sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan mengurangi produktivitas perusahaan.
2. Keterampilan membuat keputusan
Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.

1. Pengertian Manajemen Menurut James A.F. Stoner
Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Pengertian Manajemen Menurut Mary Parker Follet
Manajemen adalah suatu seni, karena untuk melakukan suatu pekerjaan melalui orang lain dibutuhkan keterampilan khusus.
Catatan :
Apabila anda ingin menambahkan, silahkan hubungi moderator via forum komunitas.
• ekonomi manajemen
M A T E R I
K E P E M I M P I N A N


DEFINISI KEPEMIMPINAN

Apakah arti kepemimpinan? Menurut sejarah, masa “kepemimpinan” muncul pada abad 18. Ada beberapa pengertian kepemimpinan, antara lain:

1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).

2. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).

3. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46).

4. Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya.

5. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281).

Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu maupun masyarakat. Dalam kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau organisasi. John C. Maxwell mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut.

PENGERTIAN PEMIMPIN

Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama (Panji Anogara, Page 23).


TUGAS DAN PERAN PEMIMPIN

Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:
Pemimpin bekerja dengan orang lain
Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang diluar organisasi.

Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akontabilitas).
Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.

Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas
Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.

Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual
Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.

Manajer adalah seorang mediator
Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah).

Pemimpin adalah politisi dan diplomat
Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.

Pemimpin membuat keputusan yang sulit
Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.

Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah :
1. Peran hubungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.
2. Fungsi Peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
3. Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator

PRINSIP- PRINSIP DASAR KEPEMIMPINAN

Prinsip, sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau organisasi. Menurut Stephen R. Covey (1997), prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti; keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan. Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Coney) sebagai berikut:

1. Seorang yang belajar seumur hidup
Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.

2. Berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.

3. Membawa energi yang positif
Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti ;


a. Percaya pada orang lain
Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.



b. Keseimbangan dalam kehidupan
Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.

c. Melihat kehidupan sebagai tantangan
Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.

d. Sinergi
Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja.

e. Latihan mengembangkan diri sendiri
Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses. Proses daalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan: (1) pemahaman materi; (2) memperluas materi melalui belajar dan pengalaman; (3) mengajar materi kepada orang lain; (4) mengaplikasikan prinsip-prinsip; (5) memonitoring hasil; (6) merefleksikan

kepada hasil; (7) menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi; (8) pemahaman baru; dan (9) kembali menjadi diri sendiri lagi.

Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya: (1) kemauan dan keinginan sepihak; (2) kebanggaan dan penolakan; dan (3) ambisi pribadi. Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

Hukum alam tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan pribadi. Perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat dibanding perkembangan emosinya. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mencapai keseimbangan diantara keduanya, sehingga akan menjadi faktor pengendali dalam kemampuan intelektual. Pelatihan emosional dimulai dari belajar mendengar. Mendengarkan berarti sabar, membuka diri, dan berkeinginan memahami orang lain. Latihan ini tidak dapat dipaksakan. Langkah melatih pendengaran adalah bertanya, memberi alasan, memberi penghargaan, mengancam dan mendorong. Dalam proses melatih tersebut, seseorang memerlukan pengontrolan diri, diikuti dengan memenuhi keinginan orang.

Mengembangkan kekuatan pribadi akan lebih menguntungkan dari pada bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan kewenangan bertujuan untuk melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk menciptakan ketakutan. Peningkatan diri dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap sangat dibutuhkan untuk menciptakan seorang pemimpin yang berpinsip karena seorang pemimpin seharusnya tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga emosional (IQ, EQ dan SQ).












Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok sama satu sama lain, dan ada pula yang berbeda.[1] Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.[1]
Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut.
• Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama [2].
• James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama [3].
• Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih[4].
• Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. [5].
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat.[1] Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran [1]
Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus.[1] Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup.[1] Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.[1]
[sunting] Partisipasi
Dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi dengan semua struktur yang terkait baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung kepada organisasi yang mereka pilih.[6]. Agar dapat berinteraksi secara efektif setiap individu bisa berpartisipasi pada organisasi yang bersangkutan.[1] Dengan berpartisipasi setiap individu dapat lebih mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan.[1]
Pada dasarnya partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan.[1].
Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti keterlibatan jasmaniah semata.[1] Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.[1]
[sunting] Unsur-unsur
Menuruth Keith Davis ada tiga unsur penting partisipasi[1]:
1. Unsur pertama, bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih daripada semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah.
2. Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok.
3. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota. Hal ini diakui sebagai anggota artinya ada rasa “sense of belongingness”.
[sunting] Jenis-jenis
Keith Davis juga mengemukakan jenis-jenis partisipasi, yaitu sebagai berikut[1]:
1. Pikiran (psychological participation)
2. Tenaga (physical partisipation)
3. Pikiran dan tenaga
4. Keahlian
5. Barang
6. Uang
[sunting] Syarat-syarat
Agar suatu partisipasi dalam organisasi dapat berjalan dengan efektif, membutuhkan persyaratan-persyaratan yang mutlak yaitu .
• Waktu. Untuk dapat berpatisipasi diperlukan waktu. Waktu yang dimaksudkan disini adalah untuk memahamai pesan yang disampaikan oleh pemimpin. Pesan tersebut mengandung informasi mengenai apa dan bagaimana serta mengapa diperlukan peran serta[1].
• Bilamana dalam kegiatan partisipasi ini diperlukan dana perangsang, hendaknya dibatasi seperlunya agar tidak menimbulkan kesan “memanjakan”, yang akan menimbulkan efek negatif.[1]
• Subyek partisipasi hendaknya relevan atau berkaitan dengan organisasi dimana individu yang bersangkutan itu tergabung atau sesuatau yang menjadi perhatiannnya.[1]
• Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk berpartisipasi, dalam arti kata yang bersangkutan memiliki luas lingkup pemikiran dan pengalaman yang sama dengan komunikator, dan kalupun belum ada, maka unsur-unsur itu ditumbuhkan oleh komunikator.[1]
• Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi timbal balik, misalnya menggunakan bahasa yang sama atau yang sama-sama dipahami, sehingga tercipta pertukaran pikiran yang efektif atau berhasil.[1]
• Para pihak yang bersangkutan bebas di dlam melaksanakan peran serta tersebut sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.[1]
• Bila partisipasi diadakan untuk menentukan suatu kegiatan hendaknya didasarkan kepada kebebasan dalam kelompok, artinya tidak dilakukan pemaksaan atau penekanan yang dapat menimbulkan ketegangan atau gangguan dalam pikiran atau jiwa pihak-pihak yang bersangkutan. Hal ini didasarkan kepada prisnsip bahwa partisipasi adalah bersifat persuasif.[1]
Partisipasi dalam organisasi menekankan pada pembagian wewenang atau tugas-tugas dalam melaksanakan kegiatannya dengan maksud meningkatkan efektif tugas yang diberikan secara terstruktur dan lebih jelas.[1]

proposal LK hmi

A. PENDAHULUAN
HMI sebagai salah satu organisasi terbesar di Indonesia merupakan kekuatan yang bisa memberikan kontribusi untuk dapat mewarnai proses demokrasi. Beban yang sangat berat yang akan dijawab oleh golongan muda apakah bisa mengawal proses demokrasi ini ataukah malah membiarkan proses ini berjalan apa adanya, kebablasan tanpa adanya filterisasi yang kuat.
Dengan perjalanannya, HMI mengalami pergeseran orientasi dan tradisi intelektual ke tradisi politik dan kekuasaan semata. Hal ini diindikasikan dengan banyaknya mantan aktivis ataupun yang masih aktif sebagai kader Hmi yang kurang mampu menahan diri dari godaan sesaat baik yang berdimensi politik maupun ekonomi dengan pola dan gaya hidup hedonistik sehingga menciptakan kader-kader yang pragmatis. Dalam skala penyelenggaraan organisasi yang independen, memasuki wilayah politik praktis dan gaya hidup hedonostik, akan banyak mendistorsi etos perjuangan dan jati diri organisasi.
Sejarah menunjukkan, HMI lebih ditegakkan oleh kajian-kajiannya sehingga mampu menciptakan tradisi intelektual, dan bukanlah seperti perkembangan sekarang ini yang fokus utamanya secara praktis adalah pada tatanan wilayah perpolitikkan dengan berebut kekuasaan.
Pertumbuhan organisasi hingga menjadi besar berpijak pada akal intelektual yang bukan hanya sebatas pada wilayah wacana tetapi lebih pada penguatan komitmen sosial yang aplikatif. Dalam konteks demikian, peran-peran politik yang dimainkan oleh HMI merupakan terjemahan dari visi intelektualnya.
Oleh karena itu, proses reproduksi intelektual harus menjadi fokus perhatian utama pada wilayah pengkaderan di HMI. Dengan dasar tersebut, maka HMI Komisariat STKIP Garut bermaksud menyelenggarakan Latihan Kader 1 (Basic Training), yang merupakan salah satu upaya mewujudkan cita-cita diatas.

B. NAMA KEGIATAN
Kegiatan ini bernama Latihan Kader 1 (Basic Training) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat STKIP Garut.

C. TEMA
Kegiatan ini bertemakan ” Rekontruksi Paradigma kader dalam upaya revitalisasi tradisi intelektual ”

D. TUJUAN
1. Terbinanya kader yang mempunyai Integritas Intelektual dan Profesional.
2. Menciptakan kader yang Idealis
3. Membentuk karakter kader yang Humanis Agamis
4. Terciptanya kader-kader yang loyal, kapabel, dan berdedikasi tinggi terhadap agama, bangsa dan negara.

E. WAKTU DAN TEMPAT
Kegiatan ini insya Allah akan diselenggarakan pada :
Hari : Jum’at – Minggu
Tanggal : 18-20 Desember 2009
Pukul : 14.00 s.d. selesai
Tempat : Pondok Pesantren Fathul Ulum

F. PESERTA
Mahasiswa Sekolah Tingi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP)Garut.


G. METODE TRAINING
1. Screening
2. Partisipatif
3. Informatif

H. MATERI TRAINING
Ke-Islaman 40%
Ke-Indonesiaan 10%
Ke-HMI-an 30%
Kepemimpinan 20%

I. SUSUNAN KEPANITIAAN
Terlampir

J. ESTIMASI BIAYA
Terlampir

K. MATRIK ACARA
Terlampir

L. PENUTUP
Demikian acuan kegiatan ini kami buat, untuk menjadi bahan pertimbangan bagi para donatur demi kesuksesan kegiatan tersebut. Semoga dalam setiap jejak langkah yang kita lalui, Sang Khaliq yang Maha kuasa selalu memmimbing kita agar senantiasa berada dalam jalan-Nya, sehingga pada akhirnya kita semua mendapat Ridho Allah swt. Amiin.

Garut, 03 November 2006
12 Shawwal 1427 H

Laeli Yuntari
Ketua Pelaksana PANITIA LATIHAN KADER 1
HMI KOM. STKIP GARUT

Sri Rahayu
sekretaris
Mengetahui,
Pengurus HMI Kom. STKIP Garut

Abdul Fatah S.R.
Ketua Umum

LAMPIRAN 1
SUSUNAN KEPANITIAAN
LATIHAN KADER 1 (BASIC TRAINING)
HMI KOMISARIAT STKIP GARUT

Penanggungjawab :
Master of Training :

Steering Commite :

Organizing Commite
Ketua :
Sekretaris :
Bendahara :

Seksi-Seksi
Acara :


Humas :
Konsumsi :

Pubdekdok :


LAMPIRAN 2
ESTIMASI BIAYA
LATIHAN KADER 1 (BASIC TRAINING)
HMI KOMISARIAT STKIP GARUT

 Administrasi Kesekretariatan
1 rim kertas HVS : Rp.30.000 ,00
1 buah tinta hitam komputer : Rp.25.000 ,00
1 buah tinta warna komputer : Rp.25.000 ,00
1 Box amplop : Rp.20.000 ,00
5 buah Boardmacker : Rp.25.000 ,00
1 buah White board : Rp.80.000 ,00
ATK : Rp.20.000 ,00
penggandaan Proposal : Rp.25.000 ,00
Sertifikat (100 x 1500) : Rp.150.000,00
Sticker (100 x 500) : Rp.50.000 ,00

Jumlah : Rp.450.000,00

 Publikasi, Dekorasi dan Dokumentasi
Pamplet dan brosur : Rp.50.000 ,00
2 buah spanduk : Rp.200.000,00
2 roll Film + cuci cetak : Rp.150.000,00
penyewaan tempat : Rp.75.000 ,00

Jumlah : Rp.475.000,00

 Konsumsi dan Transfortasi
Snack peserta + panitia
( 130 x 2000 x 3 hari ) : Rp.780.000,00
Makan peserta,pan.+pemateri
( 150 x 4000 x 3 hari ) : Rp.1.800.000,00
Transfortasi : Rp.100.000,00

Jumlah :Rp.2.680.000,00


JUMLAH TOTAL : Rp. 3.605.000 ,00
Terbilang :”Tiga juta enam ratus lima ribu rupiah”.


LAMPIRAN 3

MATRIKS ACARA
LATIHAN KADER 1 (BASIC TRAINING)
HMI KOMISARIAT STKIP GARUT

HARI /
TANGGAL WAKTU
(PUKUL) MATERI PEMATERI
Jumat,
10 Nop’06 16.00 – 18.00 Screening awal Tim Screening
18.00-19.30 ISOMA Sie.Acara
19.30-20.30 P e m b u k a a n Sie.Acara
20.30-22.30 Membangun Suasana & kontrak belajar Tim LPL
22.30-24.00 Sejarah HMI Asep Mulyani

Sabtu
11 Nop’06 04.30-05.00 Salat Shubuh berjamaah Sie.Acara
05.00-07.00 KeIslaman Silmi
14.00-16.00 Mission HMI Kurnia Al-Farizi
16.00-16.30 Salat Ashar berjamaah Sie.Acara
16.30-18.00 Konstitusi Hasanudin
18.00-19.30 ISOMA Sie.konsumsi
19.30-20.30 Dekonstruksi Teologis Syamsul Ma’arif
20.30-22.00 Filsafat Ilmu Ristiani / Robi S.
22.00-01.00 NDP Tim NDP

Minggu 16.00-18.00 KMO Ani Marlina
12 Nop’06 18.00-19.30 ISOMA Sie.Konsumsi
19.30-21.00 MIKP Aab Abdil kamal
21.00-22.00 Atribut HMI Eva / Fitri
22.00-24.00 Praktik Sidang Hedi & Yuli P.
00.00-01.00 Screening Akhir Tim Screening
01.00-02.00 Penutupan Sie. Acara









P R O P O S A L

LATIHAN KADER 1 (BASIC TRAINING)

18-20 DESEMBER 2009
KP. BOJOT


Tema : ” Rekontruksi Paradigma Kader Dalam Upaya Revitalisasi Tradisi Intelektual ”
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
(HMI)
KOMISARIAT STKIP GARUT